Meninjau Sains Fiksi dalam Dunia Sastra Indonesia
Sains fiksi/fiksi ilmiah (Inggris: science fiction—sci-fi) atau sering disingkat SF adalah salah satu genre dalam film atau dalam karangan seperti novel maupun cerpen. Karakteristik utama dalam genre ini biasanya memuat unsur-unsur ilmiah, baik hanya sebagai latar maupun menjadi tema utama. Hal yang menarik lainnya adalah kebanyakan penulis mengambil setting di masa depan di mana teknologi berkembang pesat atau justru peradaban manusia hancur karena teknologi itu sendiri.
Di Indonesia, masih jarang karya-karya sains fiksi yang ditulis oleh penulis asli. Beberapa terbitan, terutama di penerbit mayor seperti Gramedia menerbitkan karya terjemahan dari luar. Masih sedikit penulis asli Indonesia yang berkecimpung dalam penulisan genre ini. Alasan utamanya biasanya terkait dengan bahasan sains yang relatif cukup berat untuk dipahami oleh kalangan awam. Selain itu, selera masyarakat belum terlalu menyentuh dunia-dunia semacam ini sehingga genre ini tidak terlalu terkenal di Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, globalisasi dan masifikasi teknologi informasi dan komunikasi menyentuh segala lapisan masyarakat sehingga kecenderungan peminat genre ini relatif meningkat.
Beberapa karya sains fiksi yang ditulis oleh penulis asli Indonesia misalnya Spora (2014), Cinta Andromeda (2007), Gerbang Trinil (2014), Area X: Angkasa Raya (2003), Lanang (2006), Seribu Tahun Cahaya (2009), Chimera (2008), Hujan (2016), dan beberapa judul lainnya.
Kenyataan bahwa pemahaman sains di masyarakat kita memang kurang diperhatikan, sehingga karya-karya karya semacam itu tidak beri perhatian yang semestinya. Inilah menjadi PR bagi sastawan kontemporer untuk kembali mengangkat genre ini ke dalam dunia sastra Indonesia.
—A.M
Komentar
Posting Komentar